Skip navigation

Daily Archives: August 28th, 2009

Menurut IPCC (Intergovermental Panel and Climate Change) pada tahun 2005 akan terjadi peningkatan suhu 0,6 – 0,7%. Ketersediaan air di negara-negara tropis berkurang 10 – 30%, serta semangkin panjangnya musim panas dibandingkan dengan musim dingin. Saat-saat ini sedang maraknya pembahasan mengenai pemanasan global atau global warming, karena sudah diperkirakan lebih dari setengah kota-kota besar di dunia akan terkena pemanasan global.

Pemanasan global adalah meningkatnya suhu dipermukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan global akan berpengaruh terhadap perubahan iklim yang dapat menyebabkan banjir dan erosi.

Ada satu contoh penyebab pemanasan global yang belum kita sadari yaitu tisu toilet, salah satu penyebabnya jutaan ton tisu toilet diperoduksi dari sebuah lahan hutan tropis yang digantikan kebun kayu akasia dan eucalyptus. Contohnya saja kalau kita pergi ke mall-mall atau kantor-kantor pasti di toilet banyak sekali tisu-tisu yang terbuang begitu saja. Padahal untuk menghasilkan sehelai tisu membutuhkan waktu yang lama sekali untuk memperoleh bahan dasarnya dan harus mengorbankan ekosistem alam. Tidak tanggung-tanggung industri bubur kertas (pulp) menghabiskan lahan hutan yang menjadi pengolah emisi karbon. Air yang semangkin berkurang akibat dari penebangan hutan yang buruk, pencemaran sungai-sungai oleh limbah pabrik bubur kertas dan tisu toilet berdampak pada percepatan perubahan iklim.

Sudah saatnya sekarang kita merubah gaya hidup kita, tidak konsumtif terhadap sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan menjaga kelestarian hutan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau menjaga kelesarian alam kita ini. Toh ini juga demi kelangsungan hidup anak cucu kita juga, jadi apa salahnya????

Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) memberikan penghargaan kepada penggagas Festival Lima Gunung di Magelang, Sutanto atau Tanto Mendut. Direktur Yayasan SET, Garin Nugroho secara langsung memberikan penghargaan tersebut kepada Tanto Mendut pada acara dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-22 Yayasan SET di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (27/8) malam.

Garin salut kepada Tanto Mendut karena kegigihannya untuk memberdayakan masyarakat di lima gunung yaitu Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh dalam berkesenian. “Saya sendiri tidak sanggup untuk melakukannya. Di lima gunung banyak sekali partisipan seniman,” katanya. Garin melihat komunitas lima gunung merupakan sebuah tempat workshop kesenian. “Indonesia memerlukan mereka yang mengerTi bagaimana mengembangkan partisipasi masyarakat tanpa menjadi sebuah proyek,” tambah Garin.

Dalam sambutannya, Tanto Mendut mengatakan dirinya memilih tinggal di sekitar Candi Mendut, Kecamatan Borobudur, Magelang untuk mengekspresikan cara dia berkesenian. Tanto Mendut berhasil menumbuhkan kepercayaan masyarakat desa untuk berekspresi, yang kini telah mampu  tampil dalam berbagai panggung kesenian di berbagai daerah di Indonesia, bahkan pentas di luar negeri.

Meski berhasil menjadi masyarakat seni, penduduk desa lima gunung tersebut tidak berganti profesi dan tetap menjadi petani. Festival lima gunung sendiri telah digelar delapan kali meski penyelenggaraannya bukan merupakan festival yang mewah dengan biaya besar.

Rangkaian acara HUT Yayasan SET juga menampilkan kolaborasi seni Garin Nugroho dan Franky Sahilatua, pidato kebudayaan dari aktivis Fadjroel Rachman, dan pentas seni dari Nadine Candrawinata.
Pada kesempatan tersebut, Yayasan SET meluncurkan mini seri Kisah Keluarga Parikin dengan sutradara Sugeng Wahyudi dan program baru Panggung Teater PADI serta pembuatan film di Wakatobi yang disutradarai Kamila Andini.
Acara yang digelar di Teater Kecil TIM tersebut dihadiri oleh aktivis antikorupsi Teten Masduki, anggota DPR Djoko Susilo dan Arif Mudatsir Mandan. disadur dari Media Indonesia